SINOPSIS FILM DOKUMENTER “KEPALA SEKOLAHKU PEMULUNG”
Film ini menceritakan perjuangan Mahmud (49 tahun) seorang kepala sekolah Madrasah Tsanawiyah (Mts / setingkat SMP) di kota metropolis Jakarta yang menyambi sebagai pemulung karena gajinya minim, bahkan dibawah Upah Minimum Propinsi. Walaupun sekolah yang dipimpinnya berhasil mendapat predikat sekolah dengan Ujian Nasional (UN) terbaik di tahun ajaran 2006/2007 lalu, tapi fasilitas di sekolah itu kurang baik, seperti laboratorium, perpustakaan, kelas, dll.
Profesi sambilan Mahmud sebagai pemulung memicu kontroversi baik diantara rekan guru, masyarakat sekitar bahkan siswa/i nya sendiri. Walaupun profesi sambilannya dianggap tidak pantas oleh sebagian mayarakat tapi dia meyakini apa yang dikerjakannya halal dan tidak mengganggu profesi utamanya.
Mahmud juga mempunyai 3 orang anak, dan istrinya saat ini terkena sakit kanker otak, suatu penyakit yang tidak murah untuk diobati.
Selain itu, di film ini juga digambarkan keadaan lingkungan di sekitar Bambu Larangan-Cengkareng, Jakarta Barat,tempat Mahmud tinggal dan memulung, dimana warga sekitar menggunakan kali untuk mencuci baju, buang air,dll. Sangat ironis melihat keadaan ini masih ada di Ibu Kota DKI Jakarta, yang notabene memiliki APBD terbesar di negeri ini, dan sudah menganggarkan 20% dana APBD untuk pendidikan.
Lantas, bagaimana Mahmud menghadapi kontroversi “guru tak pantas memulung”, dan bagaimana pula perjuangannya dalam menghidupi anak-anaknya dan istrinya?