Eagle Award 2007 - Lima Finalis Menyorot Kemiskinan
Jakarta - Kenyataan bahwa banyak penduduk Indonesia yang miskin dan hal itu menghalangi proses mendapatkan pendidikan tergambar dalam proposal lima finalis Eagle Awards Documentary Competition 2007.
Ajang kerja sama Metro TV dan In-Docs yang lolos sudah masuk dalam tahapan pitching forum yang dilakukan di Grand Studio Metro TV, Jumat (6/7) lalu.
Bukan hanya di daerah semacam Wonocolo, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, dengan pertambangan minyak internasional yang diangkat oleh Tedika Putri Amanda dan Kukuh Martha Afni dalam proposal yang berjudul “Gubuk Reot Terapung di Atas Minyak Internasional”, tapi juga di Jakarta, ibu kota negara, yang seharusnya menjadi contoh bagi daerah lain.
Dua proposal lain mengenai kemiskinan di Jakarta diloloskan, “Under The Bridge” yang disusun Erwin Irvanus dan Dimas Wahyu Trihardjanto serta “Kepala Sekolahku Pemulung” karya Jastis Arimba dan Victor Benedict Doloksaribu. Erwin dan Dimas menyorot sebuah kehidupan di kolong jalan tol lingkar luar ke arah Bandara Soekarno-Hatta, dekat pintu tol Gedong Panjang 1, yang sebenarnya bukan masalah baru bagi Pemda DKI Jakarta.
Kehidupan penduduk yang sebagian besar pendatang memang telah banyak disorot. Namun, di tengah kesulitan itu, ada seorang penghuni, Wartiyah, seorang tukang jahit, yang memberdayakan kemampuannya untuk memperbaiki kehidupan rekan-rekannya di tempat itu. Wartiyah yang perintis di kolong jalan tersebut mengajarkan keahliannya menjahit kepada rekan-rekannya. Suaminya, yang tukang pijat, pun mengikuti jejak sang istri dengan mengajar memijat.
Lain lagi dengan “Kepala Sekolahku Pemulung” yang mengisahkan Mahmud (49), yang telah 28 tahun menjadi honorer dan tetap berharap menjadi PNS. Penghasilannya yang tidak menentu membuat ia mencari jalan lain untuk mencari penghidupan lain, menjadi seorang pemulung.
Kemiskinan
Sesungguhnya tema yang diangkat tahun ini, “Hitam Putih Indonesiaku”, tentang kemiskinan, bukan hanya menyoroti pendidikan. Dari kemiskinan, bisa timbul banyak masalah, selain pendidikan, ada pula kesehatan. Namun, dari 293 proposal yang masuk, terpilih sepuluh proposal terbaik (satu tim mengundurkan diri, Krisnasari Yudhanti dan Danang Sutasoma) yang menyoroti ketidakberdayaan masyarakat untuk menerima pendidikan layak.
Lima finalis yang dipilih para juri, Imam B Prasodjo (sosiolog), Tino Saroengallo (produser/sutradara), Retno Sahnty (penanggung jawab dokumenter Metro TV), M Abduh Azis (praktisi film), dan Joko Anwar (sutradara) akan mendapat pelatihan sekitar dua pekan sebelum terjun ke lokasi syuting pada 27 Juli—11 Agustus. Karya mereka yang akan diputar di Metro TV pada Oktober mendatang akan dinilia juri yang terdiri dari Christine Hakim, Komaruddin Hidayat, dan Riri Riza untuk memperebutkan gelar Film dengan Ide Cerita Terbaik, Film Terbaik, dan Film Favorit Pilihan Pemirsa yang akan dianugerahkan pada 27 Oktober mendatang. (mila novita)
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0707/09/hib02.html
No comments:
Post a Comment