Sunday, March 9, 2008

Sarana Prasarana Kampus BSI dalam Sorotan

Azan terdengar berkumandang menandai masuknya waktu sholat Maghrib petang itu. Beberapa mahasiswa tampak bergegas memenuhi panggilan ibadah tadi menuju tempat wudhu yang tak jauh dari mushola. Kampus BSI Salemba 45 meskipun dekat masjid, namun sholat di mushola kampus tetap menjadi pilihan untuk mahasiswanya dengan pertimbangan beragam. Sayang mushola sempit di sana makin sempit lagi dengan adanya kayu berukuran besar yang menutupi hampir separuh tempat sholat. Jadilah mushola yang gudang.

Cuplikan di atas hanya satu dari sekian kisah mahasiswa BSI. Inspirasi juga menerima keluhan lainnya atas sarana dan prasarana kampus yang terbengkalai. Sebutlah kran air mati, toilet yang kurang terawat, AC mati, lampu padam, ruang kelas bocor, kurangnya lahan parkir kendaraan bermotor atau juga seperti ilustrasi cerita di atas. Penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di kampus yang tersebar hampir di seluruh penjuru mata angin ini tampak terus dirong-rong keluhan mahasiswa pada fasilitas penunjang yang sulit terpelihara fungsinya atau sebagian lain yang dirasa kurang proporsional. Seperti toilet yang lambat laun kehilangan bentuknya oleh ulah pengguna yang tak lain mahasiswa itu sendiri atau misalkan mushola yang hampir di sebagian besar cabang BSI sangat tidak relevan dengan jumlah mahasiswa muslim di sana.

Ditemui di BSI Bumi Serpong Damai (BSD), direktur BSI Ir. Naba Aji Notosaputro di sela-sela kesibukannya mendampingi proses penilaian oleh badan akreditasi nasional atas jurusan AKOM menuturkan pada Inspirasi mengenai sarana dan prasarana kampus. "Tentunya kami sebagai manajemen berupaya agar sarana dan prasarana tersebut tersedia dengan baik, namun di lapangan pasti kondisinya ada yang rusak, belum diperbaiki, dan perlu waktu perbaikan," ujarnya. Diakui pula, tanpa maksud membela diri, lembaga pada prinsipnya akan melayani mahasiswa, akan tetapi agar sarana itu tidak rusak tentu saja diperlukan penjagaan dari para penggunanya.

Masih mengenai sarana prasarana, pada bulan April silam lembaga mengadakan dialog interaktif dengan elemen kampus dan mahasiswa. Acara yang dihadiri oleh elemen-elemen kampus, mahasiswa dan pimpinan BSI beserta jajarannya itu berlangsung di aula kampus BSI Salemba 22. Dalam Talk Show yang bertema " Membangun Perubahan dan Keharmonisan Kampus" tersebut berkesempatan sebagai pembicara adalah direktur BSI Ir. Naba Aji Notoseptro sendiri yang mengungkapkan mengenai ruang lingkup BSI dan upayanya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia mahasiswa BSI. Dalam pertemuan itu terbentuk pula suatu kesepakatan antara mahasiswa dengan lembaga di antaranya menyangkut masalah akademik, kemahasiswaan, kebijakan, serta sarana dan prasarana kampus. Hasil MOU antara lembaga dengan mahasiswa (yang diwakili elemen kampus diantaranya MPM, BEM, Senat, dan UKM-UKM) tersebut kemudian menjadi program lembaga untuk direalisasikan demi terselenggaranya kampus yang aktif dan dinamis.

Point yang berbicara masalah sarana dan prasarana adalah point keempat dari kesepakatan yang sudah dibuat, salah satunya dalam point tersebut membahas pula kebijakan parkir yang bersifat optional, artinya boleh bayar boleh tidak. Karena tidak adanya sosialisasi yang maksimal maka menimbulkan sedikit masalah di lapangan, seperti pungutan "liar" serelanya di wilayah parkir namun tetap saja di prenguti kalau tidak memberi.

Keluhan-keluhan yang muncul kebanyakan karena sarana yang selama ini ada mengalami kerusakan dan tidak berfungsi dengan baik. Bisa karena perawatan yang kurang, kualitas sarana prasarana itu sendiri atau sangat mungkin pula pengerusakan oknum pengguna yang kebanyakan tentu mahasiswa. Apapun sebabnya, tidak berfungsinya suatu fasilitas kampus akan selalu menimbulkan pertanyaan seperti kenapa belum juga dilakukan perbaikan? Siapa yang berwenang menangani masalah ini? Bagaimana prosesnya? Dan berapa lama akan ditindak lanjuti?

Untuk melaporkan dan mendapatkan informasi bagaimana prosedur yang ada, Inspirasi mencoba menemui saudara Kadafi, ketua MPM BSI periode 2007-2008 yang menjelaskan bahwa untuk melaporkan keluhan itu bisa langsung ke koordinator atau kepala cabang kampus bersangkutan dan akan diteruskan ke pengelola gedung dalam hal ini badan rumah tangga kampus. "Kebanyakan mahasiswa BSI itu mengeluhkannya ke ADM, itu tidak menjamin menerima keluhan dari mahasiswa karena urusan ADM yang sudah banyak ngurusin administrasi mahasiswa dan dosen. Seharusnya di setiap cabang itu senat yang memantau, apabila ada keluhan maka senat dapat membantu melaporkan ke kepala cabang," jelasnya dengan semangat.

Akan tetapi pernah terjadi di BSI Margonda, setelah menyampaikan keluhan-keluhan dari mahasiswa mengenai fasilatas kampus kepada kepala cabang hasilnya tidak ditanggapi dengan cepat, alasannya sudah lapor ke pusat tapi belum ada tindak lanjut. Saat dikonfirmasi langsung ke kampus BSI Margonda Depok menemui kepala cabangnya Taufik Baidawi, dikatakan bahwa beliau sendiri tidak memiliki wewenang selain memberikan laporan keluhan yang masuk dan yang memiliki wewenang tersebut adalah pusat. Menjadi catatan bagi siapapun, apabila keluhan telah disampaikan mahaswiswa melalui prosedur yang ada namun tetap belum ada tindak lanjut oleh pihak yang terkait.

Sesungguhnya dibutuhkan peran serta elemen kampus pada setiap masalah atau keluhan yang ada, karena mereka adalah pemantau kinerja lembaga atas kesepakatan MOU yang sudah dibuat dan tentu perlu adanya realisasi yang nyata. "Memang perlu adanya koordinasi antara elemen kampus yang ada untuk dapat menanggapi problematika teman-teman mahasiswa mengenai keluhan-keluhan yang disampaikan agar dapat ditindak lanjuti oleh pihak yang berwenang. Untuk itu bagi para elemen-elemen kampus seperti Senat, dan UKM dapat mengirimkan delegasinya ke MPM agar masalah yang ada dapat diselesaikan dengan cepat dan terkoordinir dengan baik. Kalau perlu masalah yang ada dapat disampaikan (MPM–red) langsung ke Bapak Naba agar keluhan yang ada cepat ditangani" urai Kadafi lagi.

Dari banyaknya cabang kampus BSI tentu tidak semuanya memiliki kendala fasilitas yang rusak, seluruh anggota masyarakat kampus baik lembaga, mahasiswa, dosen, ataupun karyawan bertanggung jawab dalam menjaga dan memelihara sarana dan prasarana kampus terutama pada kampus yang telah memiliki fasilitas memadai. Apabila sarana dan prasarana tersebut berfungsi dengan baik, maka jalannya roda aktifitas kampus pun berjalan lancar sesuai cita-cita dalam membangun perubahan menuju keharmonisan kampus. _*bowo

6 comments:

AndJu With aNy Info said...

Lagi kerja bakti yach???

AndJu With aNy Info said...

semangat ya soBat"_Q......

O IA saLam ya buAt anak BSI yang bernama JANUAR SIAHAAN...

makasih

AndJu With aNy Info said...

semangat ya soBat"_Q......

O IA saLam ya buAt anak BSI yang bernama JANUAR SIAHAAN...

makasih

Anonymous said...

Yes indeed, in some moments I can phrase that I jibe consent to with you, but you may be considering other options.
to the article there is still a suspect as you did in the downgrade efflux of this demand www.google.com/ie?as_q=total video converter 3.02 ?
I noticed the phrase you procure not used. Or you partake of the dark methods of inspiriting of the resource. I take a week and do necheg

Anonymous said...

mahasiswa baru langsung diajar oleh asisten lab. biaya kuliah murah tapi materi harus ngeprint sendiri dari website...kenapa gak di print lalu bisa di foto copy mahasiswa (lebih murah toh)

ghieblogz said...

wc bsi margonda bau kembang 7 rupa nano2 kadang air kgk nyala........................lg